Surat Cinta untuk Siapa?
Untuk mereka yang membungkam nurani dan pikiran
KESADARAN terhadap kemerdekaan bangsa dan negara muncul ketika para pemuda Indonesia yang mengenyam pendidikan di Belanda menyadari betapa penting arti sebuah kemerdekaan. Pada saat terjadi gejolak dalam masyarakat Indonesia untuk merintis kemerdekaan inilah muncul dua brosur dari Tan Malaka yang selanjutnya menjadi panduan pergerakan para founding fathers Indonesia. Kedua buku kecil (brosur) itu diberi judul Naar De Republik Indonesia (NDRI) dan Massa Actie (MA), keduanya di tulis di luar negeri dengan bahasa Belanda, karena sasaran pembacanya ditujukan pada kaum terpelajar yang banyak mengenyam pendidikan di Belanda.
Kami dari Komunitas Cahaya - Rumah Cahaya yang berusaha ingin sesuai harapan yakni selalu berharap "Mengabdi dan Mengkaji." Sangat menyayangkan atas sikap-sikap yang kurang baik demi kemajuan bangsa Indonesia Tercinta. Ketika para pemuda menginginkan sebuah rutinitas Intelektual, namun dibatasi sikap pesimisme para pemangku kepentingan.
Hal ini kami dapatkan dari Informasi kawan-kawan yang ingin mengelar Diskusi Tentang Tan Malaka. Mereka adalah kaum intelektual yang perlu diberikan aspresiasi. Komunitas Hysteria, Kelompok Pengiat Sejarah yang akan mengadakan diskusi buku Tan Malaka di Grobak Art Kos, Jl Stonen no 29, Bendan Ngisor, Gajah Mungkur, Semarang. Acara akan dilaksanakan besok pada tanggal 17 februari 2014, jam 19.30 Wib sampai selesai dengan mendatangakan pembicara Harry A. Poeze.
Jika founding fathers Indonesia saja belajar dan berteman baik dengan Tan Malaka, mengapa kami para pemuda yang akan menjadi pewaris negeri tercinta harus terbatasi oleh ruang belajar.
Mereka tidak tahu tentang Tan Malaka. Jika mereka berangapan Tan Malaka adalah komunis, itulah pikiran yang picik. Bangsa kita adalah bangsa bibit unggul, jika ada sosok Tan Malaka yang cara berfikirnya menonjolkan sisi Marxisme, tapi Tan Malaka bukanlah tipe plagiator (epigon) yang mengadopsi begitu saja setiap ajaran-ajaran Marxis-Leninis, filsafat politiknya (ideologi) kental dengan nuansa nasionalisme.
Sebagai bangsa bibit unggul selayaknya kita harus mengerti PENGETAHUAN orang-orang penghuni negara bibit unggul LEBIH HEBAT dari cara berfikir orang-orang yang MENOLAK DISKUSI TAN MALAKA.
Kami akan melahirakan Tan Malaka - Tan Malaka baru di negeri bibit unggul ini.
Komunitas Cahaya - Rumah Cahaya
Lukni Maulana
(Pengasuh Komunitas Cahaya dan Ketua Takmir Masjid Ar-Rasyid Genuk Semarang)
Latest
clean-5
Kabar Komunitas Cahaya
Budaya
Kuliner
Kerajaan
kota
Suku
Home
»
warta
» Surat Cinta untuk Gubernur Ganjar Pranowo, Polrestabes, FPI, Pemuda Pancasila, Laskar Merah Putih, Mapenab dan Pak RT
Tagged with: warta
About Komunitas Cahaya
KOMUNITAS CAHAYA - RUMAH CAHAYA; Mengabdi dan Mengkaji.
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Membuat Lampion dari Benang Wol/Benang Jahit Bahan dan Alat: 1. Benang Wol/benang jahit 2. Lem kayu 3. Balon 4. Kain Flanel Cara ...
-
Foto: terpongbisnis.com MEMBUAT topeng bubur kertas perlu ketelitian. Langsung saja berikut ini akan dipaparkan pembuatan topeng dari ...
-
(Tulisan sederhana ini bagian dari buku Antologi Buku yang berjudul, “Di Larang Stop”) SAYA yakin anda adalah anak yang terpelajar, min...
-
CAHAYA - Sudah beberapa hari ini hujan terus menguyur Kota Semarang yang menyebabkan beberapa wilayah di Semarang terendam air dan banjir...
-
- Rahasia Membuat Gelembung Sabun Lebih Tahan Lama - SEMUA orang sepertinya suka dengan gelembung. Kenapa?? gampang dan murah membuatn...
-
CAHAYA - KH. Sahal Mahfudh yang biasa dikenal dengan panggilan Mbah Sahal, wafat pada Jum'at (24/1) dini hari sekitar pukul 01.00 Wib...
-
Oleh: Sufyan al Jawi BILA anda pernah nonton film dokumenter Pengusiran Tentara Amerika di Saigon (kini; Ho Chi Minh). Ada suatu...