Oleh: Sufyan
al Jawi
BILA
anda pernah nonton film dokumenter Pengusiran Tentara Amerika di Saigon (kini;
Ho Chi Minh). Ada suatu peristiwa yg unik; tank-tank Viet Nam Utara, berbendera
Merah Putih, merangsek menyerbu pertahanan militer AS dgn gagah berani.
Bahkan di
Museum Perang Viet Nam, bendera Merah Putih terpajang di ruang pameran benda-benda
bersejarah negeri itu. Memang, dulu gara-gara peran Indonesia, Viet Nam
akhirnya mampu mengusir AS!
Setelah
ditelusuri, ternyata Pataka Dwi Warna (Merah Putih) telah dikenal oleh rakyat
pribumi Viet Nam (Bangsa Champa), yang memang terkait dengan Imperium Nusantara
- Majapahit.
Hingga kini
belum ada Sejarawan yang mampu mengungkap Misteri Bendera Merah Putih dengan
benar. Meskipun ada yng menduga bahwa Pataka ini sudah digunakan sejak zaman
Singhasari.
Yang jelas,
Raden Wijaya - Pendiri Majapahit, telah menggunakan Bendera Merah Putih
(Seperti saat ini. Bukan seperti ilustrasi "bodoh" pada gambar kartun
di Wikipedia, loh?), tatkala Majapahit mengusir Belasan ribu sisa-sisa tentara
Mongol - Kubilai Khan, pada 1293. Dengan kekalahan telak Mongol terhadap Jawa,
maka Kerajaan Mongol runtuh seketika. Bahkan raja-rajanya pontang-panting
diuber-uber rakyat China.
Ketika
Belanda menguasai negeri kita, sebagian besar rakyat Nusantara tetap setia pada
Pataka Merah Putih, meski dalam wujud yang berbeda. Misalnya; Bubur Merah Bubur
Putih, Lilitan bendera Merah Putih pada tiang atap rumah/bangunan saat
pendiriannya, Gula-Kelapa (Merah Putih) dan sebagainya.
Itulah
kenapa gerakan kebangsaan di negeri kita, dulu menggunakan bendera Merah Putih
sebagai simbol aspirasi politik.
Seputar
Kisah Pataka Merah Putih
Usai Euforia
Kemerdekaan RI, Soekarno bergegas meruwat Pataka Merah Putih di Situs
Majapahit, tepatnya di Desa Panggih, Trowulan.
Begitu pula
saat Soeharto menjadi Presiden RI, menggantikan Soekarno, juga bergegas meruwat
Pataka Merah Putih di Situs Majapahit, tepatnya di Siti Hinggil, Desa
Bejinjong, Trowulan.
Jum'at
kemarin (3/1/2014) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelang karir presidennya,
mengujungi Situs Majapahit (kemana aja selama ini? )
Misteri
Bendera Merah Putih?
Puak Melayu
tak asing dengan Bendera Merah Putih, warisan Imperium Nusantara - Majapahit.
Lihat saja bendera Merah Putih dengan Dua belas Bintang sebelum Kemerdekaan
Malaysia, juga Bendera "Sang Saka Rakyat Kemerdekaan Malaya"
yang berupa; Merah Putih dengan Bulan Sabit dan Bintang Fajar (lambang
Malaysia).
Akhirnya
Malaysia memilih bendera umbul-umbul Majapahit yang mirip dengan bendera
Amerika Serikat. Namun keberadaan bendera yang mirip dengan Bendera AS, menjadi
masalah saat misi perdamaian pada Pemilu di Afghanistan, 2004-2005. Mereka
diminta untuk tidak menggunakan bendera Malaysia itu, karena kuatir menjadi
serangan yang salah sasaran bagi Mujahidin di sana.
Merah Putih
nampak pada Bendera Negara Malaka, dan juga pada bendera-bendera partai
pribumi, seperti; UMNO "Sang Saka Bangsa" (merah putih dengan keris
hijau ditengah bulatan kuning), PAS (bendera PAS lama; merah putih dengan
bulatan hijau), PBB - Parti Bumi Putera Bersatu di Serawak, dan sebagainya.
Juga dengan
bendera Singapura - Merah Putih dengan Bulan Sabit dan Lima Bintang, yang
diusung oleh Yusof bin Ishak, Yang Dipertuan Agung Singapura (1959-1965), dan
Presiden Pertama Singapura (1965-1970). Yusof bin Ishak adalah keturunan
Indonesia, ayahnya dari Minangkabau, dan ibunya dari Langkat, Sumatera Utara.
Dalam buku
Sejarah Singapura, Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri 1959-1990, tak mampu
menolak keinginan Masyarakat Singapura yang menghendaki Bendera Merah Putih
sebagai Bendera Negara itu.
Tengok pula
Bendera Merah Putih Republik Islam Patani Raya (merah putih dengan bulan sabit
dan bintang pada dasar warna hijau), pimpinan Haji Sulong. Maupun Bendera Merah
Putih PULO.
Pada
sebagian puak Melayu, Bendera Merah Putih, kadangkala ditambah dengan unsur
warna Hitam, seperti di Sumatera Barat dan Bali.
Sejak awal
abad ke 19 (era 1800-an), di Kalimantan dan Sumatera Barat, diduga karena ada
tekanan dari pihak Kolonial Belanda, maka Warna Putih pada Sang Pataka, harus
diganti dengan warna Kuning. Padahal Warna Putih (Suci) maknanya lebih agung
daripada Warna Kuning (Raja). Maka jadilah Sang Pataka Merah Kuning pada
Masyarakat Adat Melayu - Dayak, dan Sang Pataka Merah Kuning Hitam pada
Masyarakat Adat Minang.
Begitu pula,
Merah Putih nampak pada bendera-bendera pemberontak di Indonesia, seperti;
DI/TII dan PRRI/Permesta.
{Hasil riset
tahun 1994-1996, tentang; "Penerbitan Uang Darurat Separatis Di
Indonesia" < Judul ini dapat anda telusuri di Google. Seorang
numismatis yang juga pengelola Majalah Arkeologi Indonesia, tanpa sepengetahuan
saya - telah menulis ulang 3 buah naskah saya yang dahulu dimuat di Buletin
PPKMU 1996. Namun karena beliau telah mencantumkan pula sumbernya, yaitu saya -
Sofyan Sunaryo bin Samijan al Jawi, maka itu tidak apa-apa, karena merupakan
bentuk tanggung jawab ilmiah. }
Pada Suku
Aborigin Marege di Tanah Arnhem, Darwin, Australia Utara, dan di Kayu Jawa,
Australia Barat. Puak Melayu - Aborigin ini tidak mewujudkan Merah Putih
sebagai bendera, tetapi justru menjadi perias wajah & tubuh mereka, saat
perang atau upacara tertentu.
Sepeninggalan
Imperium Majapahit, dan kemudian Kerajaan Gowa Tallo, Melayu - Aborigin ini
tidak lagi mendapat perlindungan dari serangan musuhnya kelak (agresi Inggris
di abad ke 19 - 20).
Bendera
Merah Putih tidak dengan lugas dibahas oleh Mpu Prapanca dalam Nagarakrtagama.
Hanya digubah samar-samar, seperti samar-samarnya Kisah Penyelamatan Prabu
Jayanagara oleh Gajah Mada di Badander, seperti samar-samarnya kisah Perang
Bubat. Mpu Prapanca hanya menggambarkan kisah seputar tamu-tamu negara bawahan,
anggota imperium Majapahit yang tengah menghadiri pesta.
Sedangkan
Lontar Kakawin Sutasoma, karya Mpu Tantular, menjelaskan filosofi Merah Putih
yang kini populer, yaitu; Merah (Berani) karena Putih (Suci). Lontar kuno ini
menjelaskan tentang Pangeran Sutasoma yang diculik oleh Manusia Raksasa sang
Kanibal. Ia - dengan gagah Berani menghadapi si pemakan manusia ini, karena ia
memiliki hati yang Suci. Dan seterusnya.
Dalam Lontar
Sutasoma juga terdapat Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma
Wangrwa", yang juga populer - setidaknya di negara kita
Sejak Gajah
Mada dipecat (1358), Hayam Wuruk nyaris kehilangan keseimbangan dalam
menjalankan pemerintahan Wilwatikta (Majapahit). Untuk itu Ibu Suri Tribhuwana
Wijayatunggadewi meminta Mpu Tantular agar menulis kisah yang dapat menarik
hati putranya - Hayam Wuruk yang tengah dilanda kesedihan akibat matinya Dyah
Pitaloka (kekasihnya) pada Peristiwa Perang Bubat. Maka digubahlah; Sutasoma.
Kembali
ke kisah Bendera Merah Putih..
Setelah
ditelusuri ternyata simbol Merah Putih sudah ada, jauh sebelum adanya Kerajaan
Singhasari dan Kerajaan Kadiri. Bahkan juga sudah ada pada zaman Kahuripan
Airlangga. Sebab di Kerajaan Airlangga itu, penduduk yang beragama Islam sudah
ada sejak abad ke 10. Yaitu keluarga Lor di Leran, Gresik.
Ini berarti,
bendera Merah Putih kita lebih tua ratusan tahun umurnya daripada bendera Merah
Putih-nya Monaco, atau bendera Putih Merah-nya Polandia.
Ada yang
berteori bahwa Merah Putih adalah Simbol Warna yang terjadi pada saat Perang
Uhud (tahun 625 M). Saat itu, Beberapa orang Sahabat yang telah baiat untuk
melindungi Rasulullah SAW dengan jiwa raganya, mengenakan pita atau bendera
Merah. Sedangkan mereka menggunakan pakaian putih2. Dalam Islam, bendera
terdiri dalam dua warna, yaitu bendera Hitam dan bendera Putih. Menurut saya,
teori ini kurang tepat.
Tetapi teori
yang lebih kuat menjelaskan, bahwa Simbol Merah Putih sudah ada sejak zaman
pra-sejarah Nusantara. Yaitu adanya keterkaitan dengan agama purba Nusantara.
Beberapa
waktu yang lalu, Situs Makam Manusia Nusantara di sebuah Goa di pedalaman Gayo,
Aceh, yang berusia ribuan tahun telah dieskavasi. Dan beberapa kali ditayangkan
di MetroTV - dalam ekspedisi Ring of Fire. Di situs itu terungkap tentang Semua
Jenazah Purba, yang dikubur dalam posisi seperti Janin dalam Kandungan ibunya.
Filosofinya;
Manusia berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa, ia dilahirkan ke dunia dalam
keadaan Merah, harus berani menempuh liku kehidupan dengan niat yang Putih.
Sebab, ia akan harus mati dalam keadaan Putih (Suci) agar dapat menemui
Tuhan-nya di akhirat kelak. Ini ribuan tahun lebih tua sebelum Nabi Muhammad
SAW dilahirkan ke dunia.
Lalu saya
teringat Firman Allah SWT; "Hai Orang-orang beriman. Bertaqwa-lah kamu
kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. Dan Janganlah se kali-kali kamu
mati, kecuali dalam keadaan Islam (Selamat, Suci)"
Inilah
misteri bendera Merah Putih, yang merupakan watak asli Bangsa Nusantara.
Dokumen –
Komunitas Cahaya